reza arazki rauf

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 04 Juni 2015

Teknik Pemeriksaan Radiografi Thorax Proyeksi PA



Foto Thorax Proyeksi PA
Pathologi
-efusi pleura, pneumothorax, atelectasis
posisi pasien
-Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand, dagu di angkat
-Tangan di pinggang, telapak tangan keluar, dan siku ditekan ke depan
shoulder dirotasikan ke depan agar scapula menjauh dari bidang paru-paru
Posisi Obyek
-MSP sejajar dengan garis tengah kaset
-pastikan tidak ada rotasi pada thorax
                                                                     Posisi Pasien
FFD : 180 cm
CR : horizontal
CP : pada MSP setinngi thoracal 7 ( 18 - 20 dibawah vertebra prominen atau pada inferior 


Gambar yang ditampakkan
terlihat keseluruhan lapangan paru, dari apex paru sampai sinus costoprenicus tidak terpotong, udara pada trakea, tampah hilum, tampak jantung, tampak pembuluh darah besar 

FOTO THORAX POSISI AP


  • Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.
  • Kedua lengan lurus disamping tubuh.
  • Kaset di belakang tubuh, MSL // grs tengah kaset
  • FFD: 150 cm
  • CR tegak lurus kaset, CP pada MSL setinggi CV TH VI
  • Beri marker L / R
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

KRITERIA FOTO THORAX POSISI AP :
  • Tampak gambaran thorax proyeksi AP
  • Batas atas apex paru
  • Batas bawah sinus costophrenicus
  • Dinding lateral tidak terpotong
  • CV TH sampai ruas ke empat
  • Diafragma mencapai iga IX belakang
  • Tampak bayangan bronchus
  • Marker L / R & identitas pasien
  • Foto simetris

FOTO THORAX POSISI LATERAL
  • Pasien diposisikan erect, MSP // kaset
  • Kedua lengan dilipat di atas kepala
  • Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang dekat ke kaset
  • FFD: 150 cm,
  • CR : horizontal
  • CP kira-kira satu inci ke depan dari MCL setinggi CV TH VI
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh
KRITERIA GAMBARAN POSISI LATERAL:
  • Tampak gambaran thorax proyeksi lateral
  • Bagian Anterior mencakup gambaran sternum
  • Bagian Posterior mencakup Col.Vert. Thoracalis
  • Batas atas apex paru
  • Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru posterior
  • Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi
  • Gambaran bahu tidak menutupi apex paru

CT SCAN (Computerized Axial Tomografi)

Hasil ct scanCT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.

Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan dilakukan pemeriksaan CT

Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka ginjal klien harus dalam keadaan normal.

Tujuan penggunaan CT Scan

Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. Dengan demikian CT scan hampir dapat digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di luar negeri sudah digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto rontgen dan ultrasonografi. Yang penting pada pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan melakukan pemeriksaan bersikap kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak saat proses perekaman. CT scan sebaiknya digunakan untuk :
  • Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya.
  • Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker, dan jenis kanker.
  • Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.
  • Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
  • Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
  • Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.

Persiapan pasien

Pasien dan keluarga sebaiknya diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan. Pasien diberi gambaran tentang alat yang akan digunakan. Bila perlu dengan menggunakan kaset video atau poster, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pasien dengan demikian menguragi stress sebelum waktu prosedur dilakukan. Test awal yang dilakukan meliputi :

Kekuatan untuk diam ditempat ( dimeja scanner ) selama 45 menit.
Melakukan pernapasan dengan aba – aba ( untuk keperluan bila ada permintaan untuk melakukannya ) saat dilakukan pemeriksaan.
Mengikuti aturan untuk memudahkan injeksi zat kontras.
Penjelasan kepada klien bahwa setelah melakukan injeksi zat kontaras maka wajah akan nampak merah dan terasa agak panas pada seluruh badan, dan hal ini merupakan hal yang normal dari reaksi obat tersebut. Perhatikan keadaan klinis klien apakah pasien mengalami alergi terhadap iodine. Apabila pasien merasakan adanya rasa sakit berikan analgetik dan bila pasien merasa cemas dapat diberikan minor tranguilizer. Bersihkan rambut pasien dari jelly atau obat-obatan. Rambut tidak boleh dikepang dan tidak boleh memakai wig.

Prosedur
  • pemeriksaan ct scanPosisi terlentang dengan tangan terkendali.
  • Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.
  • Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang dicurigai adanya kelainan.
  • Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.
  • Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.
  • Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai protektif lead approan.
  • Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.

Cara Kerja CT Scan
Film yang menerima proyeksi sinar diganti dengan alat detektor yang dapat mencatat semua sinar secara berdispensiasi. Pencatatan dilakukan dengan mengkombinasikan tiga pesawat detektor, dua diantaranya menerima sinar yang telah menembus tubuh dan yang satu berfungsi sebagai detektor aferen yang mengukur intensitas sinar rontgen yang telah menembus tubuh dan penyinaran dilakukan menurut proteksi dari tiga tititk, menurut posisi jam 12, 10 dan jam 02 dengan memakai waktu 4,5 menit

Sinar-X yang mengalami atenuasi, setelah menembus objek diteruskan ke detektor yang mempunyai sifat sangat sensitive dalam menagkap perbedaan atenuasi dari sinar-X yang kemudian mengubah sinar-X tersebut menjadi signal-signal listrik. Kemudian signal-signal listrik tersebut diperkuat oleh Photomultiplier Tube sinar-X. Data dalam bentuk signal-signal listrik tersebut diubah kedalam bentuk digital oleh Analog to Digital Converter (ADC), yang kemudian masuk ke dalam system computer dan diolah oleh computer. Kemudian Data Acquistion System (DAS) melakukan pengolahan data dalam bentuk data-data digital atau numerik.



Data-data inilah yang merupakan informasi komputer dengan rumus matematika atau algoritma yang kemudian direkonstruksi dan hasil rekonstruksi tersebut ditampilkan pada layar TV monitor berupa irisan tomography dari objek yang dikehendaki yaitu dalam bentuk gray scale image yaitu suatu skala dari kehitaman dan keputihan. Pada CT Scanner mempunyai koefisien atenuasi linear yang mutlak dari suatu jaringan yang diamati, yaitu berupa CT Number. Tulang memiliki nilai besaran CT Number yang tertinggi yaitu sebesar 1000 HU (Hounsfield Unit), dan udara mempunyai nilai CT Number yang terendah yaitu -1000 HU (Hounsfield Unit), sedangkan sebagai standar digunakan air yang memiliki CT Number 0 HU (Hounsfield Unit). Nilai diatas merupakan nilai pada pesawat CT yang memiliki faktor pembesaran konstan 1000, untuk memperjelas suatu struktur yang satu dengan struktur yang lainnya yang mempunyai nilai perbedaan koefisien atenuasi kurang dari 10% maka dapat digunakan window width untuk memperoleh rentang yang lebih luas.

Kelebihan CT scan
  • Gambar yang dihasilkan memiliki resolusi yang baik dan akurat.
  • Tidak invasive (tindakan non-bedah).
  • Waktu perekaman cepat.
  • Gambar yang direkontruksi dapat dimanipulasi dengan komputer sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

Kekurangan CT scan
  • Paparan radiasi akibat sinar X yang digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar X saat melakukan foto rontgen. Jadi ibu hamil wajib memberitahu kondisi kehamilannya sebelum pemeriksaan dilakukan.
  • Munculnya artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman, pasien menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam, atau kondisi jaringan tubuh tertentu.
  • Reaksi alergi pada zat kontras yang digunakan untuk membantu tampilan gambar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
  • Observasi keadaan alergiterhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat diberikan deladryl 50 mg.
  • Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.
  • Ukur ntake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter.

http://mathub2003.wordpress.com/2008/07/14/prinsip-kerja-ct-scan/
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/ct-scan

Prinsip Dasar Radiologi

  • Anatomi dan fungsi
    Mengenal foto-foto kontras , mengenal anatomi yang normal dari organ
  • Pasien safety
    • Memahami pengaruh sinar X dan sinar pengion lainnya terhadap tubuh
    • Memahami usaha membatasi pengaruh sinar X terhadap jaringan tubuh
    • Mengetahui aturan proteksi radiasi yang dikeluarkan oleh pemerintah
    • Memahami resiko MRI, prosedur intervensional dan penggunaan kontras media
  • Pemeriksaan radiologi konvesional
    • Menjelaskan definisi sinar X Memahami sifat sinar X
    • Mengenal cara pemeriksaan radiologiMemahami prosedur prosesing gambar
  • Pemeriksaan ultrasonografi
    • Memahami prinsip dari pemeriksaan ultrasonografi dan indikasinya
  • Pemeriksaan CT scan
    • Memahami prinsip dari pemeriksaan CT scan dan indikasinya
  • Pemeriksaan MRI
    • Memahami prinsip dari pemeriksaan MRI dan indikasinya
  • Pemeriksaan Radiologi Intervensi
    • Memahami prinsip dari pemeriksaan ultrasonografi dan indikasinya
  • Pemeriksaan Radiologi Nuklir (hibrida)
    • Memahami dasar-dasar pemeriksaan dengan radioisotop
    • Memahami cara pemeriksaan dengan radioisotope
    • Memahami indikasi-indikasi pemeriksaan dengan isotop 
    • sumber:
      http://www.edutenagakesehatan.org/edunakes/index.php/19-ilmu-radiologi/65-prinsip-dasar-radiologi

Gambaran radiologi pada kasus yang sering terjadi

Thorak dan penyakit cardiovaskuler
Nyeri dada, trauma thorak, sesak nafas, batuk, batuk darah
Penyakit gastrointestinal
Nyeri abdomen, massa abdomen, trauma abdomen, gangguan menelan, obstruksi usus, perforasi usus, gangguan pencernaan, jaundice
Ginjal dan penyakit traktus urogenital
Kolik ureter, hematuria, trauma ginjal akut, obstruksi traktus urinaria, penyakit akut testis
Penyakit payudara
Massa, abses
Penyakit neurologi
Trauma kepala, stroke, sakit kepala berat, kejang, gangguan kesadaran, kompresi medulla spinalis
Penyakit muskuloskeletal
Nyeri tulang, nyeri sendi, trauma tulang dan jaringan lunak, infeksi tulang dan jaringan lunak, trauma spinal, nyeri leher dan punggung (back pain)
Penyakit obstetric dan ginekologi
Kehamilan tersangka atau abnormal, perdarahan vagina abnormal, nyeri pelvic, massa pelvis, penggunaan USG pada kehamilan normal
Penyakit multisistem
Prinsip onkologi, anemia, pyrexia of unknown origin
Penyakit pada anak
Trauma, trauma nonaccidental, pincang, nyeri tungkai, prinsip pemeriksaan radiologi pada anak, infeksi traktus urinarius

teknik radiografi nasal

Teknik Radiografi Nasal

Teknik Radiografi Nasal

1. Anatomi Nasal


                skydrugz.blogspot.com

2. Persiapan Pasien

   Tidak memerlukan persiapan kusus, hanya melepas  atau menyingkirkan benda yang dapat   

   mengganggu gambaran radiograf.

3. Teknik Pemeriksaan

     Proyeksi Lateral

     Posisi Pasien : Pasien diposisikan erect/supine

     Posisi Objek :  - leher fleksi, sehingga IOML lurus/tidak membentuk sudut
                           - atur MSP sejajar dengan kaset
                           - pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang terpotong

    Central point (CP) : sekitar 1,3cm distal nasion

    Central Ray (CR)   : horisontal/vertical tegak lurus kaset

     FFD                       : 100 cm

    Kaset                     : 18x24cm dibagi dua

          

    Kriteria Radiograf   : - Tidak terjadi rotasi pada nasal
                                   - tampak tulang nasal dan frontonasal suture
                                   
          


    Proyeksi Tangential

     Posisi Pasien : Pasien diposisikan Prone

     Posisi Objek :  - leher full ekstensi
                           - Pasien diberi bantal/sandbag untuk fiksasi
                           - atur MSP tegak lurus kaset dengan kaset
                           - pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang terpotong

    Central point (CP) : sejajar dengan glabeloalveolar line

    Central Ray (CR)   : vertical tegak lurus kaset

     FFD                       : 100 cm

    Kaset                     : 18x24cm dibagi dua

          

    Kriteria Radiograf   : - Tidak terjadi rotasi pada nasal
                                   - nasal tampak menonjol

          

TABUNG SINAR X
1.1 Pembangkit Sinar – X
                        Sinar X ditemukan oleh Roentgen pada tahun 1895. Daya tembusnya yang luar biasa merupakan ciri yang sangat menarik pada saat itu. Dengan gaya dramawan yang besar Roentgen menyebarkan hasil foto sinar X lengkap dengan sepatu bootnya. Hal tersebut cukup menarik perhatian. Berbagai spekulasi dilontarkan mengenai sinar yang dapat menembus kemana-mana, dengan segala khalayan tentang daya tembusnya yang tinggi.
                        Sinar x terjadi apabila satu berkas elektron bebas berenergi kinetik tinggi mengenai logam. Biasanya permukaan logam dengan nomor atom Z yang tinggi. Tempat dimana berkas elektron itu menumbuk logam akan merupakan sumber sinar dengan daya tembus yang besar.
                        K adalah katode yang dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan tinggi. Katoda dipanaskan dengan menggunakan filamen agar lebih mudah memancarkan elektron.
                        A merupakan anoda yang terbuat dari logam berat. Anoda dihubungkan dengan kutub positif sumber tegangan tinggi. Beda potensial yang tinggi (beberapa kilo volt sampai dengan seratus kilo volt) menyebabkan sesampainya di Anoda, elektron yang dipancarkan oleh katoda memiliki energi kinetik yang sangat besar. Elektron-elektron inilah yang dalam tumbukannya dengan Anoda menimbulkan pancaran sinar x oleh Anoda.
                        Baik katoda maupun anoda ditempatkan dalam tabung gelas yang divakumkan, agar perjalanan elektron dari katoda ke anoda tidak mendapat gangguan. Anoda A didinginkan dengan air untuk menyalurkan kelebihan kalor yang timbul karena benturan berkas elektron dengan permukaan andoa. Jika pendinginan tak dilakukan suhu anoda akan terus meningkat sampai terjadi peleburan.
                        Roentgen melaporkan bahwa sinar X terbentuk di anoda apabila elektron yang berenergi tinggi menumbuk permukaan anoda. Bagaimanakah mekanismenya ? Bagaimana pula situasi fisiknya ?
Keadaan fisiknya dapat digambarkan sebagai berikut :
·         Elektron berenergi tinggi sampai di permukaan logam, dan kemudian meneruskan perjalanannya di dalam logam. Dipandang dari elektron yang datang. Zat dapat merupakan susunan ion-ion berat dan lautan elektron bebas.
·         Interaksi antara elektron yang datang dengan susunan ion maupun lautan elektron logam adalah interaksi elektromagnetik. Secara sederhana gaya interaksi yang terjadi dapat dinamakan gaya tumbukan, dan interaksi tersebut disebut tumbukan.
·         Dalam tumbukan tersebut elektron berenergi tinggi kehilangan energinya sedikit demi sedikit, karena tumbukan itu terjadi secara berangkai. Energti elektron ini diubah menjadi pancaran elektromagnet karena elektron mengalami perlambatan, dan sebagian menjadi energi getar kisi ion dalam kristal. Bagian yang akhir ini menyebabkan meningkatnya suhu anoda. Bagian yang pertama (pancaran elektromagnet) adalah sinar X.
·         Panjang gelombang sinar X tersebar meliputi spektrum yang bersifat kontinu karena prosesnya beruntun. Artinya spektrum yang terlihat mencakup berbagai tumbukan sekaligus secara suksesis setiap elektron kehilangan energinya melalui tumbukan-tumbukan berangkai.

1.2 Spektrum Sinar X

      Ada berbagai cara untuk mengukur panjang gelombang sinar X. Salah satu yang terbaik adalah dengan menggunakan pemantulan sinar X oleh suatu kisi kristal zat padat. Apabila konfigurasi atom-atom diketahui dan jarak antara atom-atom tersebut juga diketahui dan jarak antara atom-atom tersebut juga diketahui maka kisi kristal tersebut dapat dipergunakan sebagai analisator panjang gelombang sinar X.
      Spektrum sinar X yang menggunakan molybdenum sebagai anoda.
      Dalam grafik spektrum tersebut terlihat beberapa lengkung intensitas 1 terhadap panjang gelombang l, yang diplot pada berbagai beda potensial antara anoda dan katoda yang berlainan, khususnya 10 kV, 20 kV, dan 25 kV. Beberapa pengamatan tentang grafik-grafik eksperimental tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut :
·         Kecuali grafik dengan beda potensial 25 kV, semua lengkung bersifat kontinu. Untuk tegangan 25 kV tampak dua puncak yang menjulang.
·         Panjang gelombang terpendek untuk setiap lengkung berlainan, makin tinggi beda potensialnya makin pendek pula panjang gelombang terpendeknya.
            Di samping itu diamti pula bahwa apabila dipergunakan beda tegangan yang lebih tinggi 24 kV, maka puncak-puncak yang menjulang tetap muncul, dan terletak pada panjang gelombang yang sama. Apabila dipergunakan bahan anoda yang lain maka di atas beda potensial tertentu juga terlihat puncak-puncak yang menjulang. Kedudukannya (l) tidak sama dengan bahan molybdenum tadi.
                        Ternyata setiap bahan memiliki perangkat puncak yang tertentu kedudukannya. Oleh karena itu maka kedudukan puncak-puncak itu merupakan sidik jari yang memberikan cirikhas pada bahan anoda. Puncak-puncak tersebut dinamakan garis-garis karakteristik atau sinar-sinar karakteristik.
            Dengan demikian dapat diterangkan teori tentang hal-hal yang berkaitan denga sifat fisis sinar X sebagai berikut :
1.    Panjang gelombang terpendek lmin bergantung pada beda potensial anoda dan katoda.
2.    Bentuk spektrum yang kontinu terletak di bawah potensial tertentu.
3.    Sinar-sinar kharakteristik muncul pada beda potensial di atas nilai potensial tertentu.
            Panjang gelombang terpendek lmin spektrum sinar X diperoleh pada beda potensial tertentu V0. Tinjau sebuah elektron yang sampai di anoda setelah melampaui beda potensial V0. Energi kinetik elektron tersebut adalah :
                                              (6.1)
            Dengan berpijak pada teori kuantum Einstien, bahwa sinar x merupakan suatu gumpalan energi elektromagnetik dengan energi E yang memenuhi :
                                   (6.2)
            andaikan bahwa ada kemungkinan, melalui suatu mekanisme tertentu, seluruh energi kinetik elektron pada saat menumbuk katoda semuanya dan tanpa kecuali menjadi suatu foton sinar X. dalam hal ini maka :
            K = E atau hc/l = e V0                            (6.3)
            Sehingga diperoleh :
                               (6.4)
            Apabila panjang gelombang minimum lmin dinyatakan dalam meer dan V0 dalam volt maka :
                                        (6.5)
            Apabila lmin dinyatakan dalam AngStrom dan Vo dalam kilo volt, maka :
                                                   (6.6)
            Bagaimanakah dapat diterangkan mengenai bentuk spektrum yang kontinu. Model interaksi antara elektron dengan materi yang menghasilkan spektrum sinar x yang kontinu adalah sebagai berikut :
·         Interaksi utama adalah antara elektron yang berenergi tinggi dengan inti-inti atom dalam anoda.
·         Dalam interaksi tersebut bekerja gaya-gaya elektromagnetik. Karena gaya tersebut elektron mengalami percepatan dan memancarkan radiasi.                                 Elektron
·          

                                                                                    Foton
                                                            Inti (Ze)
Radiasi elektromagnetik karena elektron yang dipercepat
            Spektrum sinar X kontinu yang diperoleh dengan mekanisme tersebut di atas juga disebut dengan brehmesstrahlung (bahasa Jerman brehms : rem, strahlung : sinar) karena terjadi melalui pengereman elektron dalam zat padat. Brehmsstrahlung dapat dianggap sebagai kebalikan dari efek foto listrik (elektron kehilangan energinya kemudian timbul foton).
            Spektrum kontinu murni diperoleh apabila beda potensial antara katoda dan anoda dalam tabung sinar X tidak terlalu tinggi. Ujung paling kiri dari spektrum tersebut (panjang gelombang l0) dengan mekanisme seluruh energi kinetik elektron berubah menjadi sebuah foton dengan energi E = hc/l0.
            Apabila beda potensial sangat tinggi sekali maka akan terlihat puncak-puncak yang tajam tersuperposisi pada spektrum kontinu tersebut. Puncak-puncak tersebut tidak berasal dari proses yang menghasilkan brehmsstrahlung melainkan berasal dari suatu proses pemulihan ke keadaan semula dari suatu atom, dimana sebuah elektron kembali menduduki tempat semula yang menjadi kosong karena posisi tersebut telah terlempar oleh elektron cepat yang datang dari katoda.
            Dalam proses pemulihan ini dipancarkan foton dengan panjang gelombang di daerah sinar X. elektron yang terlempar adalah elektron atom yang letaknya dekat dengan inti atom. Sinar-sinar ini dinamakan radiasi karakteristik, setiap logam memiliki perangkatnya sendiri-sendiri. Perangkat radiasi karakteristik ini sangat penting dalam bidang sinar X.
            Elektron di dalam atom terbatas geraknya pada lintas-lintas edar tertentu seperti planet-planet mengelilingi matahari. pada suatu lintas edar tertentu elektron terkait pada inti melebihi energi kat. Energi total pada suatu lintas edar adalah jumlah aljabar dari energi ikat elektrostatik dan energi kinetik.
            Apabila elektron luar berenergi tinggi menumbuk elektron yang terkait pada atom, dan melemparkannya ke luar maka kedudukan dalam lintas edar menjadi kosong. Kekosongan ini mengundang elektron lain untuk menduduki lowongan tersebut. Dilihat dari sudut atom maka elektron bebas yang akan terikat menjadi planet atom, akan kehilangan energi totalnya. Besarnya energi total ini di suatu lintas edar mencirikan lintas edar dari atom tersebut.
            Dalam proses pemulihan ini energi yang “hilang” (energi total elektron) akan terpancar sebagai foton dengan energi tertentu. Berbagai lintas edar masing-masing memiliki harga fotonnya tersendiri. Karena itu radiasinya dinamakan radiasi kharakteristik. Sinar karakteristik dalam spektrum sinar X mengungatkan teori Bohr tentang terkuantisasinya lintas edar dalam suatu atom.

1.3 Interaksi Sinar X dengan Materi

1.    Efek Compton
                        Dalam bahasan terdahulu telah dikemukakan salah satu bentuk interaksi sinar X (tepatnya foton sinar X) dengan materi yakni proses Compton. Bahasan tentang efek Compton itu berlandaskan pada konsep bahwa dalam interaksinya foton berkelakukan sebagai zarah, berada dalam tempat terbatas dalam ruang, memiliki energi dan momentum linear. Melalui efek Compton yang beruntun suatu foton sinar X akan kehilangan energinya secara terus-menerus
       2. Produksi Pasangan (Pair Production)
            Dalam moda ini suatu foton sinar X akan bertransformasi menjadi satu pasangan zarah, yaitu elektron dan apa yang dinamakan positron. Transformasi ini hanya dapat terjadi di bawah pengaruh medan inti yang kuat, jadi tak dapat terjadi dalam ruang hampa. Positron adalah suatu zarah mirip elektron yang bermuatan positip. Jadi transformasi produksi pasangan dapat dituliskan sebagai berikut :
v Þ e+ + e-
            Secara energetik ini dapat terjadi tentunya hanya apabila energi foton :
Hv > 2m0c2 = 1,02MeV
dengan mo massa elektron (=massa positron)
            produksi pasangan dapat terjadi apabila energi foton lebih besar dari 1,02 MeV. Zarah positron telah diramalkan oleh PAM Dirac tahun 1929. Hal ini timbul dari penelaahannya mengenai teori kuantum relativistik.
            Dalam hal-ihwal positron ini teori mendahului eksperimen. Baru tahun 1932 positron ditemukan secara eksperimen oleh Anderson di CALTECH (California Institute of Technology). Hal itu terjadi pada saat Anderson sedang melakukan percobaan-percobaan mengenai sinar kosmos dengan kamar kabut (Wilson).
            Pada tahun tigapuluhan itu banyak fisikawan mempelajari radiasi pengion yang datang dari kosmos. Deteksinya dilakukan dengan pencacah Geiger-Muller secara sendiri, atau pencacah GM yang dikaitkan dengan suatu kamar kabut. Apabila suatu radiasi pengion melalui kamar kabut maka jejaknya dapat dilihat sebagai butir-butir kondensasi. Ini terjadi karena ion-ion udar dalam kamar kabut itu merupakan inti-inti kondensasi. Dengan pemotretan jejak itu dapat direkam dan dianalisa. Studi-studi semacam ini dapat membedakan jejak sinar a, elektron, atau pun sinar gama.
            Dengan menempatkan seluruh kamar kabut dalam medan magnet, maka dapat pula diperkirakan muatan zarah yang membuat jejak. Dalam jejak itu Anderson menemukan jejak suatu zarah yang mirik elektron, kecuali tentang muatannya yang positif (positron).
            Kekekalan energi mensyaratkan bahwa energi foton hn harus memenuhi :
            hv = E+ + E-
dengan E+ dan E- secara berturut-turut adalah energi relativistik positron dan elektron. Apabila tenaga kinetik dinyatakan dalam K, maka berlaku.
            E+ = K+ + m0c2
dan
            E- = K- + m0c2
            Oleh karena itu kekekalan energi mempersyaratkan
            hv = K+ + K- + 2 m0c2
            dengan ..mo = 9,11.10-31 kg
            c = 3,00.10sm/s
            2 m0c2 = 1,022 MeV
        3. Proses Anihilasi (Positron-Electron Annihilation)
            Pada umumnya pada proses pemusnahan positron maupun elektron berada dalam keadaan tak bergerak. Oleh karena itu hukum kekekalan momentum linear mengharuskan terjadi sekurang-kurangnya 2 foton.
            e+ + e- è v1 + v2
            Kekekalan energi relativistik total menghendaki :
            2 m0c2 = hv1 + hv2
            Tetapi hukum kekekalan momentum linear mempersyaratkan :
           
sehingga diperoleh :
            v1 = v2
                    4. Efek Fotolistrik
            Dalam proses ini suatu foton sinar X menumbuk elektron (sebelah kanan) suatu atom. Elektro yang berdekatan dengan inti tersebut terlempar keluar. Foton sinar X akan kehilangan energinya dalam proses ini. Tentunya foton sinar X juga menumbuk elektron-elektron terluar suatu atom. Kasus ini tidak banyak berarti karena hanya mengurangi energi foton dengan tidak berarti.
Referensi : Makalah Stikes Widya Husada Semarang
                  Teknik Pesawat Radiologi Oleh : Khaerun hidayat